Ruang tamu mewah terus dilewati. Beberapa pasang mata terus mengawasi mereka berdua, ini tidak menyenangkan pikir Maureen merenggut, Leopard canggung mengengam tangan.
"Maaf tapi, ibuku sudah melihat berita gosip jadi, aku terpaksa," kata Leopard beralasan dengan langkah tidak terburu-buru.
"Terpaksa?" kerutan di wajah terlihat, Leopard mengelus lembut permukaan punggung tangan Maureen (Weird) berikan kekuatan.
"Ya, terpaksa membawamu kepadanya."
"Oh."
"Maureen, percaya padaku ya."
"Tidak ada yang kamu sembunyikan dariku atau ini sudah direncanakan olehmu."
"Tidak ada hal begitu."
"Hmm."
Salah tingkah dibuat Maureen (Weird), Leopard tersenyum samar. Bak buah simalakama, niat hati ingin berkembang lebih dulu dalam hal perasaan namun, keadaan berbalik.
"Maureen..." panggil pelan, jarak mereka dekat untuk mendengar panggilan lembut dari orang. Mata menyipit seakan mengingat, namun senyum di wajah menghilang.