Heili menarik nafasnya dalam-dalam, ada perkataan tersangkut di tenggorokan tetapi ditahannya. Relina memasang wajah tidak peduli, Weird mengawasi dalam diam.
Acara makan pagi berjalan kaku. Jes berdiri tak jauh dari Weird, bola matanya menatap tajam arah Heili yang tanpa sadar tarikan nafasnya menjadi perhatian orang di ruang makan termasuk pelayan lainnya.
"Aku sudah selesai makan, Heili temani aku jalan-jalan di taman."
Weird beranjak dari kursi makan hingga menimbulkan suara kencang, "Aku temani. Heili masih ada perlu dengan Jes." ucapnya cepat menggandeng tangan Relina untuk segera berjalan. Heili tampak terbengong-bengong melihat itu, wajahnya berubah kesal setengah mati.
"Kamu perlu apa!"
Jes memiringkan kepalanya, "Apapun isi kepala kamu, jangan kamu katakan pada nyonya." ucapnya datar.
"Mengapa tidak boleh?"
"Kamu sungguh ingin bertanya ini? kamu buta atau apa! lihat tuan."
"Tapi... tapi..."