Relina memandangi jalanan menuju kediaman Wei. Perasaan takut membayanginya. Keringat dingin merembes di balik gaun berwarna merah maroon yang dipakainya. Dua hari yang singkat bisa merasakan ketenangan di vila, kini harus menghadapi masa-masa yang lalu, apakah bisa? pikirnya panik.
"Ada apa Relina?"
Weird memandang wajah pucat Relina yang tiba-tiba, tangannya terasa dingin di genggaman. Relina berjuang mengontrol dirinya, "Tidak apa-apa. Aku sedikit lelah." elaknya seraya menyandarkan diri pada bahu Weird Dee.
"Kita tinggal di rumah utama. Anak-anak sudah merindukanmu. Mereka sangat antusias mendengar kamu pulang hari ini."
"Aku-- "
"Kenapa? apa perutmu terasa tidak nyaman? tunggu sebentar lagi sampai."
Suara protes ditelan hingga dasar tenggorokan Relina. Terbayangkan penyiksaan Weird, tatapan anak-anak Weird Dee terutama kenangan masa lalu Weird Dee.
"Aku-- tidak mau tinggal di rumah itu."
