Waktu bukan penyembuh atau penghapus bagi sebagian orang malah menjadikan sebuah pengingat yang tajam.
Relina terus memeriksa setiap detik hingga menitnya untuk memastikan semua tidak terlihat seperti yang terlihat namun, pelan mundur ke arah belakang hingga membentur dinding. Kakinya lemah dan jatuh ke lantai yang dingin.
Tidak ada lagi senyum konyol yang terlintas disana.
Tawa yang selalu membuatnya kesal setengah mati.
Hatinya mendadak dingin.
Apakah ini benar-benar akhirnya?
Daun di luar jatuh berguguran dengan iringan musik angin malam yang semakin dingin. Entah berapa lama, Relina diam memperhatikan sosok yang tertidur disana.
Apakah ini waktunya mengucapkan selamat tinggal pada senyum itu?
klik.
Pintu terbuka, cahaya sedikit masuk ke dalam hingga menimpa wajah Relina. Kepalanya berputar untuk melihat.
"Relina? apa yang...."
Weird cepat menghampiri, panik dirasakan bahkan tubuhnya gemetaran melihat pandangan mata kosong Relina.
"Aku sudah katakan dia temanku!"