Weird memeluk Ruehin dari belakang, bau harum sabun dan shampoo membius indera penciuman. Namun, hatinya bergetar menangis. Tidak berdaya. Mereka berdua terbaring di atas tempat tidur bersama.
"Ada apa Weird?" bisiknya setengah lelah. Ruehin tahu kondisi semakin buruk dengan kesehatan yang dirasakan sejak melahirkan Koefisien. Komplikasi kompleks akibat keteledoran begitu pendapat dokter. Namun, ia tahu jelas, Weird sudah memotong semua kata-kata yang tidak enak di dengar. Beruntung, Koefisien berhasil lahir dengan selamat.
"Aku takut kehilanganmu Ruehin". Tepukan pelan pada punggung tangan Weird yang melintas di depan perutnya.
"Tidak akan kehilangan, aku akan selalu ada di dekatmu terutama hatimu. Berjanjilah untuk menjaga Koefisien putra kita" pintanya pelan , dirasakan Weird mencium pelipisnya lembut.
"Aku-- " , enggan untuk berjanji. Weird menginginkan Ruehin hidup tapi dokter mengangkat tangannya ke arah atas.