Satu tahun berlalu begitu saja. Kecemasan dan ketidakseimbangan waktu terus berjalan mengikuti irama orang mencari peluang.
Gige menghisap rokoknya dengan santai. Calais memangku putri kecilnya dengan hati-hati, usia masih berjalan satu tahun. Tak sedikitpun Gige tertarik untuk bergabung dalam kehebohan yang dibuat Calais dan anaknya. Tes DNA dilakukan diam-diam ternyata anaknya. Sungguh sial. Bagaimana bisa bermain bersama empat orang ternyata miliknya malah membuahkan hasil.
"Ayah angkat, apa tidak sebaiknya kita buat selesai saja Belgium?" tanyanya sambil mencium Aira dengan senyum.
Asap rokok memenuhi ruangan kecil di atas loteng, "Dia masih berguna sekarang ini, dimana pria bodoh itu?" baliknya tanya acuh tak acuh. Satu batang rokok dinyalakan lagi untuk mengusir perasaan tidak berdaya yang dirasakan.
"Huh? dimana lagi kalau tidak bersama jalang" serunya tidak terima, berawal merebut Belgium dari tangan Ruehin malah berakhir menyedihkan, mana bisa dikatakan senang.