Rona merah timbul tenggelam di wajahnya ketika Belgium sengaja memeluknya dari belakang. Perasaan bersalah selalu timbul dari hati Ruehin terhadap Belgium. Butuh tekad kuat untuk menyatakan sesuatu padanya setelah kebaikan hatinya untuk menunggu dan menerima apa adanya.
"Belgium..." panggil pelan Ruehin tidak tenang. Belgium menoleh ke arahnya dengan senyum bahagia dan puas terhadap hidup, tidak masalah tanpa anak, selama ada Ruehin disampingnya, semua tak berguna.
"Kamu cantik sekali. Aku takut ada pria yang bakal mengambil mu kalau begini" kata Belgium menggoda dengan harapan semu.
Mata cantik Ruehin terbelalak, ingin tahu , "Siapa?" tanyanya mulai tidak nyaman. Belgium tertawa garing melihat respon paniknya.
"Aku tidak tahu tapi insting yang mengatakan" jawabnya pelan tidak ingin menyakiti Ruehin.
Terkadang hidup tak pernah adil untuk berfikir segalanya mudah tapi nyatanya tidak. Ada lubang dalam yang senantiasa mengiringi sebuah permasalahan yang dipaksakan.