Baron duduk di kursi kesayangannya, cerutu terbakar di tangan, asap mengepul sudah menutup jarak pandang ruangan. Dezira duduk manis di kursi, sibuk mengoles roti dengan selai.
Jarak mereka berdua dekat, hanya dibatasi satu sofa. Baron menghela nafas tidak senang dari awal sampai akhir. Melirik ke arah Dezira yang tidak menarik pada usianya 55tahun. Jauh berbeda dengan Jazirah bahkan Ruehin juga cantik di umurnya yang sama dengan Jazirah.
"Ruehin, wanita keras kepala" gumamnya tidak senang. Dezira beranjak sambil membawa piring berisi roti dan cangkir kopi.
"Ada apa denganmu? tidak bisakah kamu lebih menghemat marah. Aku bukan tempat pelampiasan"
"Dezira!"
"Kamu-- membentak!"
"Tidak! bukan itu maksudku. Kemari lah, duduk disini"