Tawa Anisa pecah penuh bahagia. Selama hidupnya, baru kali ini merasakan perhatian yang diberikan Justin padanya. Justin tersenyum puas melihatnya.
Satu atau dua hari sekali Justin datang untuk memastikan keadaan Anisa, memperkejakan pekerja untuk membantu Anisa mengurus dirinya. Pekerjaan yang diberikan penjaga tidak dilakukan Anisa karena Justin memberikan banyak uang untuk mengurangi kerugian penjaga.
"Apa kamu bahagia?"
Tangan Anisa lincah menuliskan sesuatu di kertas lalu menunjukan pada Justin dengan senyuman lebar.
"Tentu saja. Aku rela menjadi cacat jika kamu seperti ini. Apa kamu juga rasakan hal yang sama?"
Justin terdiam. Semua komunikasi dilakukan mengunakan kertas yang ditulis oleh Anisa selama ini. Oleh karena tidak ada jawaban, Anisa menulis lagi kemudian di tunjukan.
"Justin, aku ingin kamu memelukku sekali saja, apakah boleh?"