Justin mengendap-endap perlahan menuju tempat tidur, lihat betapa cantik dan polos istrinya, Riu pikirnya.
Niat hati ingin mengejutkan malah Riu sudah membuka mata lebih dulu. Justin terkejut sekaligus senang, "Sayang, maaf kamu terbangun. Aku merindukanmu. Apakah kamu masih marah padaku karena Anisa?" tanyanya pelan-pelan berbaring di sampingnya.
Riu memegang wajah Justin dengan hati bersalah, "Tidak! aku hanya terkejut saja. Apa kamu sudah makan?" tanyanya balik, mengindahkan persoalan penting yang sebenarnya.
"Belum makan kamu"
"Justin, aku serius bertanya"
"Aku juga serius menjawab"
Justin merapatkan Riu yang seperti jelly padanya. Bau harum lembut badan Riu memberikan kenyamanan dan surga tersendiri pada hatinya.
"Riu..."
"Hmm"
"Anisa kecelakaan"
"Ya, aku dengar di televisi. Aku buru-buru pulang mencari mu di rumah"
"Maaf, aku tengok Anisa lebih dulu. Dia buruk"
"Seberapa buruk?"
"Suaranya rusak dan kakinya tidak bisa di gerakan lagi"
"Parah sekali"
"Ya"