Jay Dee berusaha keras menahan getaran tangannya. Semua mata tertuju padanya.
"Dokter?"
Detak jantung Anisa berlindung di balik alat bantu pernapasan. Jay Dee memandang sekali lagi wajah yang terbayang sepanjang karirnya.
"Panggil dokter Rozak untuk mengambil alih"
"Baik, dokter"
Satu panggilan telepon pada ruang dokter dari ruang operasi membuat kehebohan maksimal.
Jay Dee keluar dari ruang operasi mengunakan jalan lain yang langsung terarah pada roof top rumah sakit.
Dingin.
Asap rokok yang berasal dari rokok yang dinyalakan Jay Dee menyebar secepat angin yang menghapus.
"Hah!"
Malam tanpa bintang menutup kemungkinan untuk bergerak bebas dalam kegelapan. Tangan mencari nomor yang dikenalnya bertahun-tahun, satu sentuhan langsung terhubung.
---- "Dia ada di ruang operasi"
---- "Kamu nyakin itu, dia?"
---- "100%!"
---- "Shit! kamu harus membunuhnya"
---- "...."
---- "Jangan katakan kamu masih menyimpan perasaan untuk wanita seperti dia"