Suara-suara tidak nyaman dan familiar terdengar dari satu-satunya ruangan di lantai ini. Meja sekretaris kosong. Kepala pelayan mengusap lehernya yang mendadak kaku, bisa menebak aktivitas apa di dalam. Riu menarik nafas sampai sesak, kemarahannya akut.
"Nyonya, anda..."
"Kenapa? kamu ingin menutupi kebusukannya? atau ingin bergabung bersama ku?"
"Nyonya, tolong tidak mempersulit saya"
Tangan Riu menarik gagang pintu, cepat masuk ke dalam diikuti kepala pelayan yang kesal pada diri sendiri. Terpaksa meraih tangan Riu untuk menahan, Riu berpaling sejenak ke arahnya lalu mengibaskan sampai lepas, mata melotot tidak senang. Kepala pelayan mengelengkan kepalanya, "Nyonya..." katanya tanpa mengeluarkan suara. Namun, Riu tidak terpengaruh malah cepat melanjutkan langkahnya mendekati.
Tampak Justin sibuk bermain dengan Anisa di sofa, posisinya tidak memungkinkan mereka berdua untuk menyadari kedatangan Riu.
"Aku tak pernah tahu, ternyata posisi ini bisa digunakan?"