Justin menarik Anisa duduk di dekatnya, "Mengapa kamu cantik sekali hari ini?" tanyanya menggoda sambil menarik lebih rapat. Bau parfum menyengat bikin tak nyaman hidung Justin tetapi ia tak peduli.
Anisa mencembik mendengar rayuan gombalnya tapi tetap saja, pantatnya mendekat tangan Justin yang berfungsi ganda serta mulutnya.
"Kita sudah bersama dua bulan terakhir, kapan kamu mau menikahi aku, Justin?"
"Tidak perlu terburu-buru, kamu juga tidak hamil"
"Justin... ah..."
"Aku selalu suka suaramu"
Kamar apartemen Justin yang dulu sering digunakan bersama Riu berubah bentuk menjadi tempat sarang bersama Anisa secara diam-diam.
Dua bulan lalu, Justin membawa pulang Riu ke rumah besar. Apartemen disulap di sesuaikan kebutuhan pribadi dan fantasi Justin terhadap Anisa. Keadaan ini sangat menyenangkan buat Justin. Tidak diperlukan lagi para pelayan wanita.
Teringat satu hari setelah pulang bulan madu, Anisa datang ke kantornya.