Dokumen terkait di letakan di atas meja, semua orang tegang merasakan situasi tidak mudah.
Coretan tanda tangan segera tertera di dokumen. Tidak ada yang bersuara. Pengacara masing-masing mengangguk lalu menunduk beri hormat keluar ruangan.
"Panggil aku, ayah"
Raul mengetatkan giginya, Justin tertawa sombong dalam hatinya. Saham 90% masuk dalam kantong pribadinya dengan mudah.
"Ayah" seru Raul pelan. Justin mengeluarkan obat dan beberapa kunci dari laci meja kerjanya dengan sikap sombong, Raul menahan kuat kemarahannya, tujuannya menolong Anisa.
"Ini obat yang aku maksudkan. Beri sesuai petunjuk. Dia ada di lantai atas pintu biru"
Raul menerima obat dan kunci tersebut dengan kebingungan, mengapa banyak sekali kunci pikirnya.
Justin berbalik pergi tinggalkan Raul memutuskan sendiri. Ia ada keperluan lain yang harus di lakukan, pembatalan pernikahan Jero dan Riu menjadi fokus utamanya saat ini.
Dalam sekejap mobil yang di kendarai kepala pelayan melesat ke apartemen.
