Anisa merasa kelelahan fisik yang teramat sangat ketika mobil berhenti di dekatnya. "Apa kamu mau menumpang? kami akan ke kota pusat" tanya Desti penuh simpati. Eki hanya diam membisu di kursi pengemudi, matanya menyipit memperhatikan detil.
"Kalau nyonya tidak keberatan tentunya" jawabnya hati-hati, Desti tersenyum lebar. "Masuklah, perjalanan ke kota pusat sangat jauh. Di perlintasan perbatasan tidak mudah, apa kamu nyakin?" tanyanya lagi. Anisa mengangguk pelan, Desti tertawa riang, akhirnya ada wanita yang bisa menemani berbicara.
"Masuklah" katanya dengan kuat, Anisa membuka pintu mobil dengan hati-hati lalu masuk ke dalamnya. Tidak ada barang-barang di kursi penumpang belakang.
Mobil dilanjutkan dengan kecepatan sedang. "Kenalkan aku Desti dan ini suamiku Eki" kata Desti pada Anisa. Mata Desti melihat melalui kaca tengah demikian juga Eki.
"Aku Anisa"
"Nanti kita mampir di motel terdekat untuk beristirahat, perlintasan perbatasan masih sekitar tiga kilometer lagi"