Mereka bertiga duduk di bangku taman layaknya sebuah keluarga. Tanpa terasa satu bulan berlalu, keakraban terjalin dengan baik.
"Aku akan pergi ke kota pusat, besok"
"Oh, tuan Jero bekerja?" tanya Riu sengaja menggoda Jero dengan sindiran karena kebiasaannya mengikuti kemanapun ia pergi sudah dalam batas meresahkan.
"Ya dan tidak" , perkataan yang tidak jelas. Jero bukan tak tahu jika di goda atau sindiran namun, ia merasa memang sudah waktunya menghadapi masalahnya apabila menginginkan Riu yang namanya mirip istrinya menjadi bagian hidupnya.
Riu mengerutkan keningnya sedikit bingung dengan jawaban Jero, "Apa semua baik-baik?" tanyanya pelan. Pertemuan dengan Jero lalu Jeri an bisa mengenal ayahnya sendiri, itu sangat menyenangkan hatinya.
"Tidak tahu"
Jero memandangi wajah Riu yang terlihat sepintas mirip Riu istrinya tapi tidak juga. Kebingungan selalu menguras isi kepalanya sehingga Jero memutuskan pulang ke rumah besar untuk sementara waktu.
"Maksudnya apa, tuan Jero?"
