Ayun tidak bergerak dari duduknya. Tidak ada yang benar-benar cinta padanya. Rencana dibuat detil tapi masih terselip sebuah kata bencana. Badannya terasa lelah.
Kepalanya di angkat menatap langit-langit ruang kerja ini. Air mata nyaris jatuh tetapi tidak dibiarkan. Sebanyak apapun, ia tetap sendirian. Hatinya tahu bahwa Jero tidak akan mudah menyerah. Apakah ini akan berakhir seperti ini? tidak, iapun tertawa sampai terkekeh-kekeh melepaskan beban di hatinya lalu beranjak santai menuju ruangan acara.
kring... kring...
Ayun merogoh saku gaun yang dipakainya, matanya meneliti layar ponselnya. Tawa meremehkan ada di mata berkelebat lalu diganti kemarahan.
---- "Apa kabar adikku sayang, Riu"
---- "Ayun, aku tidak ingin basa basi. Lepaskan Jero!"
---- "Hahahaha , adikku sayang, apa ini maksudnya?"
---- "Kamu tahu apa maksudku. Ayun, kamu masuk dalam rumahku, mengusik rumah tangga aku, apa bisa membuat mu bahagia?"
---- "Tentu saja"
---- "Apa ini karena ayah"