Pagi hari.
Ayun sibuk mengoles selai strawberry ke atas roti, Jero sibuk meminum kopinya dengan sesekali melirik ke arah Riu yang sibuk mondar-mandir membawa makanan di atas meja kemudian beralih kembali ke Ayun lalu ke Riu, terus dilakukan sampai Ayun terganggu.
"Sayang, kamu mau aku buatkan roti selai?"
"Tidak usah. Kamu makan saja"
"Baiklah, kamu bilang kalau mau. Nanti aku buatkan dengan penuh cinta khusus untukmu"
Jero tidak mendengarkan lagi kata-kata Ayun, ia lebih fokus pada penampilan Riu yang menarik mata. Celemek di badan Riu sangat memberikan semacam godaan segar di mata.
Kerutan di sekitar mata semakin dalam pada wajah Jero. Ia tidak pernah melihat kesibukan Riu di rumah ini tapi tampaknya ibunya telah memberikan keputusan yang benar agar Riu tetap di rumah. Punya dua istri sepertinya tidak jelek pikirnya menganalisa.