Jero duduk di sofa ruang keluarga dengan tampilan buruk di segala bentuk. Tangan memegang gelas berisi wine sementara Ayun berada di sampingnya duduk melekat bagai kulit kedua. Sesekali jari tangannya menyentuh di bagian dada Jero, kancing kemeja sudah dibuka yang memperlihatkan sebagian jelas bentuk di dalamnya. Ayun sangat senang memainkan gerakan kecil di sana untuk membangkitkan macan hutan dalam diri Jero. Tekanan Ayun memberikan reaksi pada badan Jero. Namun, Jero tahu batasan meski tipis.
Riu mendapati keduanya seperti itu. Nafasnya perlahan-lahan di kecilkan, ia tak mau Jero marah dan berbuat lainnya. Pipinya yang bengkak sudah kempes meskipun belum sempurna. Matanya tak suka tetapi mulutnya terkunci rapat. Ini provokasi terang-terangan di mata Riu dari Ayun.
"Darimana!"