"Mengapa harus selalu bertengkar? Lihat, wajah mu jadi memar-memar seperti ini!" kesal Katrin sembari membantu Marc merawat luka-luka di wajahnya.
Marc hanya tersenyum, menanggapi ocehan calon istrinya itu - entah mengapa rasanya begitu menyenangkan mendapati Katrin yang sangat perhatian padanya.
Bahkan, Marc berani mendapatkan luka berkali-kali lipat dari ini jika hal itu akan membuat Katrin bersikap baik padanya, ugh— sungguh pria yang tidak memiliki pemikiran panjang.
"Malam ini, kau masih harus mengajak ku pergi ke suatu tempat," sambung Katrin bersamaan dengan itu, tangannya meletakan alat-alat yang dirinya pakai untuk mengobati luka Marc.