Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Untaian Do'a Menjadi Nyata

Erlinda_Nur
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.4k
Views
Synopsis
Kanaya Ibrahima, siswi baru yang bersekolah di sekolahan elit yang ada di Jakarta. Balutan hijab yang selalu melekat dikepalanya semakin membuatnya semakin terlihat cantik. Namun karena pesonanya semakin bertambah saat memakai hijab, dihari pertama bahkan saat disekolah para kaum adam selalu berusaha mencoba untuk berkenalan dengannya. Kanaya merasa sangat risih sampai akhirnya dia memilih menyibukkan diri dan masuk ke organisasi OSIS, dari sana lah kehidupannya semakin berubah. Dia mengenal seorang laki-laki yang selalu membuatnya mengucapkan untaian-untaian do’a setelah sholatnya. Namun ternyata tuhan tidak berpihak pada Kanaya, dia dipisahkan dari laki-laki yang dia sebut di do’anya. Sebuah perpisahan membuat Kanaya terpuruk sejenak saat itu, namun akankah Tuhan akan kembali mempertemukan mereka? Atau Tuhan akan mencarikan seorang pengganti yang tentunya lebih baik untuk Kanaya? cover by: Pinterst
VIEW MORE

Chapter 1 - Merasa Rendah

Kanaya Ibrahima, anak tunggal dan terlahir dari keluarga yang cukup berada. Berumur 16 tahun menjadi siswi disalah satu sekolah elit yang ada di Jakarta. Dia gadis berhijab yang cantik, pemberani, murah senyum, namun sedikit tomboy.

Kanaya memiliki dua orang sahabat yang dikenalnya dari SMP lalu mereka memutuskan untuk sekolah di SMA yang sama, yang pertama namanya Shasya Danila Putri memiliki paras yang cantik, cerewet, berambut panjang lurus, namun agak lemot.

Yang kedua bernama Aisyah Ramadhani Chairunnisa dia juga berhijab seperti dirinya, memiliki kulit eksotis yang memberi kesan manis, dia jutek, bahkan dia tidak selembut namanya, dia memiliki ciri khas dengan omongannya yang pedas dan blak-blakan, dan tidak suka ada cowok yang mendekatinya karena dia lebih tomboy dari Kanaya.

"Ibu, ayah hari ini aku berangkat naik motor sendiri ya?" pintanya pada orang tuanya saat dimeja makan.

"No! Kamu belum punya SIM sayang." Tolak ayahnya dan langsung mendapat dukungan dari ibunya.

"Aihh yaudah deh nggak jadi." gumam Kanaya pada dirinya sendiri.

"Aku udah selesai sarapannya aku berangkat dulu ya, Assalamu'alaikum" Kanaya pamit kepada kedua orang tuanya sambil mencium punggung tangan mereka.

Kanaya berangkat diantarkan oleh supir pribadi yang ada dirumahnya, sebenarnya dia tidak ingin diantar jemput karena ingin main sepulang sekolah bersama kedua sahabatnya.

"Wuih tuan putri, diantar terus nih" ejek Shasya saat menghampiri Kanaya yang baru saja turun dari mobilnya.

"Diem!" sentak Kanaya yang merasa kesal.

"Wuih santai dong, yaudah yuk masuk. Udah ditunggu Aisyah didalam!" ucap Shasya, mereka berdua baru melangkahkan kaki dua langkah namun langkahnya terhenti.

"Ehem, anak beasiswa naik taksi online nih biar dikira kaya?" ucap salah satu siswi didepan mereka berdua.

"Harusnya anak beasiswa tuh naik angkot aja, atau nggak jalan kaki, biar ngirit, uang jajannya disimpen biar bisa makan... Hahahahha" sahut temannya disusul gelak tawanya.

Sontak Shasya tercengang akan penuturan siswi tersebut, dia langsung saling pandang pada sahabatnya itu. Kanaya hanya tersenyum sambil mengangguk kecil, seakan memberi tahu Shasya untuk membiarkannya.

Para siswi itu langsung meninggalkan Kanaya dan Shasya, "Wahhh gila mereka!! Nggak tahu siapa kamu? Masa iya hanya karena kamu masuk sini lewat jalur beasiswa dikira orang nggak punya! Lagian kenapa kalau emang orang nggak mampu? Kita sekolah disini kan niatnya mencari ilmu! Bukan numpak tenar!!Akhh...." Shasya merasa terbakar oleh api amarah sendiri.

Kanaya hanya tersenyum, "Udah biarin aja, biar mereka mengira apa yang ada dipikiran mereka. Mending, jangan ada yang tahu aku siapa oke?" Kanaya langsung merangkul Shasya yang masih bergumam dan mengajaknya masuk kedalam.

***

"Nay, banyak cowok yang ngeliatin kamu tuh!!" Shasya menyenggol-nyenggol lengan Kanaya saat sedang duduk dikantin.

"Iyalah yang diliatin Kanaya masa iya kamu, cewek lemot, dan aneh. Kan nggak mungkin!" bukannya Kanaya yang menjawab, justru malah Aisyah yang menyahutinya.

"Dihhh, lebih nggak mungkin lagi kalau mereka ngelirik kamu! Mulut pedas melebihi cabee!!..." tak mau kalah Shasya malah berdebat dengan Aisyah.

Kanaya merasa pusing sendiri melihat tingkah kedua sahabatnya, "Udah-udah jangan ribut disini dong okee?"

Tak lama kemudian ada seorang cowok yang menghampiri meja yang sedang mereka bertiga tempati. "Ehem, Hai?" sapa cowok itu terlihat sangat basa-basi.

Kanaya hanya terdiam begitupun dengan Aisyah namun berbeda dengan Shasya yang antusias, "Hai juga... kak?" balas Shasya sambil melirik bet kelas yang menempel dilengan kiri cowok itu.

"Maaf dari tadi aku sama temen-temen aku ngeliatin kamu, boleh kenalan nggak?" ucap cowok itu yang langsung tertuju pada Kanaya tanpa menggubris sapaan dari Shasya.

"Ehm maaf, aku harus balik permisi." Kanaya langsung beranjak, diikuti dengan Aisyah yang menarik paksa tangan Shasya.

Cowok itu tersenyum menyeringai, bagaimana bisa dia ditolak oleh oleh murid baru? Itulah yang berada dipikirannya sekarang.

"Ahahahahhaha.... duhhh playboy sekolah ditolak ama anak bawang nihh."

"Duhhh jatuh bro harga diri lo sebagai playboy! Hahahaha...."

"Ehemm udah lahh salah sasaran bro!"

Cowok itu sontak mendapat ejekan dari teman-temannya, bahkan ditertawakan begitu saja. "Diem kalian, lihat aja nanti gimana gue bakalan dapetin dia!" ucapnya dengan penuh percaya diri.

Cowok itu berjalan meninggalkan kantin diikuti dengan ketiga temannya yang mengekor dibelakang.

-----

"Astaghfirullah.... Tahu gitu aku kemarin masuk pesantren aja, kalau bukan karena kalian aku nggak akan sekolah disini dehh!" ucap Kanaya sambil menghela nafas panjang.

"Iya cowok nggak tahu diri!" balas Aisyah.

"Duhh udah dong Nay, nanti kalau kamu dipesantren nggak ketemu sama kita nggak kangen? Lagian tadi harusnya kalau kamu nggak mau harusnya kenalin aja ke aku Nay." Imbuh Shasya yang membuat kedua sahabatnya hanya mampu menggelengkan kepala.

"Udah stop ya Sya, jangan mikirin cowok! Dosaa!!" tegas Kanaya.

Dua Minggu kemudian....

Masih sama dengan hari-hari sebelumnya, Kanaya terus dikagumi para kaum adam disekolahannya.

Untung saja ada kedua sahabat yang melindunginya, meskipun terkadang Shasya tidak sefrekuensi dengannya dan juga Aisyah.

Hari ini Kanaya ingin mendaftarkan diri sebagai anggota OSIS yang menjabat dibagian Keagamaan Islam. Dia ingin menyibukkan diri, sehingga tidak dikejar-kejar oleh para cowok yang ada disekolahnya. Mungkin jika bukan Kanaya, cewek lain akan luluh, dan bahkan langsung terpincut dengan salah satu dari cowok yang mengejar-ngejarnya.

Bagaimana tidak, Kanaya pernah diberi berbagai hadiah agar bisa berkenalan dengannya namun dirinya bukanlah orang yang seperti itu. Jika ingin berteman sewajarnya saja, jangan seperti mengejar hal yang tidak pasti. Coklat, bunga, buket, voucer belanja, aneka makanan, bahkan ponsel keluaran terbaru diberikan secara cuma-cuma untuknya.

Mungkin menolak pemberian dari seseorang terkesan tidak sopan, namun orang-orang yang memberi Kanaya bukanlah sesuatu hal yang sewajarnya. Kanaya pernah mencoba untuk berteman pada seseorang yang mengajaknya berkenalan namun selang satu hari dia tidak sengaja mendengar bahwa 'Siapa yang bisa mengajak kenalan bahkan hingga pacaran dengan Kanaya akan mendapatkan sejumlah uang dalam jumlah yang besar ataupun barang mewah'.

Ya, dengan sangat rendah Kanaya merasa bahwa dirinya menjadi bahan taruhan begitu saja. Mulai dari situ hingga detik ini, Kanaya yang ingin mencoba ramah kepada semua orang menjadi pendiam bahkan tidak acuh.

Dan, jangan salah sangka diantara para kaum adam yang mengejarnya tentu saja membuat dirinya semakin dibenci oleh para kaum hawa disekolahannya.

Mereka semua akan menyesal menggangap remeh, memandang rendah seorang Kanaya Ibrahima.

Hanya karena dianggap siswa beasiswa disekolahnya, mereka mengira bahwa dia tidak mampu, sehingga dirinya dijadikan bahan taruhan.

Untung saja Kanaya selalu bersabar, jika tidak atau bahkan sampai terdengar ditelinga kedua orang tuanya mungkin sekolahan ini akan langsung ditutup oleh orang tuanya.

'Tok.. tokk.. tokk'

Kanaya mengetuk pintu yang bertuliskan 'Ruang OSIS'. Setelah mendapat respon dan dipersilahkan masuk, dia langsung masuk keruangan itu tanpa ragu.

"Mau daftar jadi anggota OSIS?" tanya perempuan dengan name tag yang bertuliskan Nabila.

"Iya kak." jawab Kanaya.

"Silahkan duduk, gue akan jelasin semuanya dan nanti lo tinggal pilih jabatan apa yang mau lo pilih." Setelah Kanaya duduk, Nabila menjelaskan dari A hingga Z seputar OSIS. Dia begitu hapal dan paham karena dia sudah kelas 12 dan menjabat sebagai wakil ketua OSIS.

Nabila memberikan formulir sebanyak 8 lembar pada Kanaya untuk data pribadi. Kanaya pun langsung menerima dan mengisinya disana, dia sudah menentukan pilihannya. Selesai mengisi formulir Nabila melakukan wawancara pada Kanaya untuk menguji keseriusannya.