"Selamat gabung di OSIS, lo udah jadi bagian dari kita. Kebetulan jabatan yang lo pilih masih kosong dan nggak ada yang ngisi dari kemarin jadi nggak perlu ada seleksi ulang. So, gue bakalan ngabarin lo kalau nanti ada update yang terbaru." Nabila mengulurkan tangannya sebagai ucapan selamat pada Kanaya.
"Terima kasih kak, kalau gitu saya permisi ya? Assalamu'alaikum." setelah bersalaman dengan Nabila, Kanaya berpamitan dan meninggalkan ruang OSIS.
"Jadi itu cewek yang bikin geger satu sekolahan, gue harus ngomong nih sama Al." gumam Nabila setelah Kanaya keluar.
Satu Minggu sudah Kanaya menikmati hari-harinya sebagai anggota OSIS yang menyibukkan dirinya. Bahkan minimal 2 kali dalam seminggu dia keluar dari kelas untuk mengurusi beberapa hal, untung saja Kanaya terlahir menjadi seorang yang cerdas, jadi bukan satu masalah jika dia tertinggal dibeberapa mata pelajaran.
Kanaya pulang agak terlambat karena harus menyelesaikan laporan buku-buku tentang agama islam yang baru diperpustakaan. Adzan Maghrib berkumandang, untung saja laporannya sudah selesai dia langsung menuju masjid yang berada didalam sekolah untuk menunaikan sholat.
Kanaya tidak sendirian, ada 5 anggota OSIS lainnya, para murid dengan ekstrakulikuler tertentu, dan banyak anggota organisasinya lainnya yang masih berada diarea sekolah.
Saat Kanaya memakai sepatunya, ponselnya berdering, dan ternyata Ayahnya menelepon. "Assalamu'alaikum sayang, ayah udah didepan gerbang. Kamu mau pulang nggak?"
Kanaya tertawa kecil mendengar ucapan dari ayahnya, "Wa'alaikumsalam yah, iya yah aku segera kesana? Ini baru selesai sholat, yaudah aku tutup ya. Assalamu'alaikum" setelah mendapat jawaban dari ayahnya, dia langsung menutup ponsel dan berjalan cepat menghampiri sang ayah.
"Assalamu'alaikum yah." Kanaya masuk kedalam mobil kemudian langsung mencium punggung tangan ayahnya.
"Wa'alaikumsalam anak ayah yang paling cantik, kenapa jam segini baru pulang? Sibuk apa kamu?" tanya Ayah sambil melajukan mobilnya.
"Iya yah maaf, tadi aku menyelesaikan laporan buku-buku baru. Kan aku OSIS ayah, jadi wajar dong kalau aku sibuk." Ini kali pertamanya Kanaya pulang hingga matahari terbenam.
Kanaya dan ayahnya terus mengobrol, ayah sangat menyayanginya karena Kanaya hanya anak tunggal. Bahkan butuh waktu 8 tahun penantian setelah menikah, hingga akhirnya Kanaya lahir kedunia ini.
Tiba-tiba ayahnya mengerem mobil dengan mendadak, untung saja mereka memakai seat belt jadi terhindar dari benturan. "Kenapa yah?" tanyanya.
"Itu ada orang, kayaknya pingsan deh." Balas ayahnya.
Kanaya dan ayahnya langsung turun dari mobil, menghampiri orang tersebut. Seorang pria dengan seragam osis lengkap yang masih melekat ditubuhnya.
"Ayah ayo kita bawa ke rumah sakit!" ucap Kanaya.
"Kamu kenal?" tanya ayah.
"Enggak sih yah, tapi dari bet logonya dia satu sekolah sama aku. Udah ayo ayah kita tolongin, kasian!" Kanaya tetap kekeh ingin menolongnya.
Ayahnya tersenyum dan langsung membopong pria itu membawanya ke mobil. Kanaya langsung mengambil tas ransel dan ponsel yang tergeletak disamping pria tadi.
"Kamu nggak berubah, tetap aja selalu ingin menolong orang yang bahkan tidak kamu kenal." ucap Ayah sambil menatap putrinya.
Sampainya dirumah sakit pria itu langsung dibawa ke IGD, "Udah ayo kita pulang, udah ada suster sama dokter yang nanganin dia." Ayah mengajaknya pulang setelah menyelesaikan administrasi.
"Bentar yah, aku mau ngasih tas sama HP ini dulu ke suster." Ayahnya hanya mengangguk, Kanaya langsung menghampiri suster yang melintas di IGD karena pria tadi belum selesai ditangani.
"Sus, ini tas sama HP kakak yang tadi. Tolong kabari keluarganya ya sus, saya mau pulang" pinta Kanaya.
"Loh mbaknya nggak kenal sama cowok tadi?" tanya suster, Kanaya langsung menjelaskan apa yang terjadi setelah suster paham dia langsung pergi menghampiri ayah yang menunggunya.
***
Beberapa hari setelah kejadian malam itu, Kanaya semakin menikmati peran dan tugasnya sebagai anggota OSIS meskipun dia jadi jarang berinteraksi bersama kedua sahabatnya namun saat hari libur mereka tetap hang out bareng atau hanya sekedar main disalah satu rumah mereka.
"Hai mbak OSIS yang super sibuk!" sapa Shasya saat melihat Kanaya didalam kelas.
"Iya Nay, nggak capek apa?" Aisyah juga terheran-heran, tugas sekolah yang begitu menumpuk, materi yang semakin sulit, dan Kanaya justru sibuk diorganisasinya.
"Capek sih iya, tapi asik kok. Jadi tenang, nggak ada yang gangguin juga kayak kemarin-kemarin!" ucap Kanaya dengan mantap.
"Oh iya Nay, belakangan ini tuh udah nggak ada yang nyariin kamu dikelas. Dan, nggak ada lagi tuh penitipan barang. Jadi, tiba-tiba kayak nggak ada yang ngejar-ngejar kamu lagi tahu..." Shasya menjelaskan hal yang terjadi beberapa hari belakangan.
Aisyah hanya mengangguk membenarkan ucapan salah satu sahabatnya itu. "Alhamdulilah! Serius?" mata Kanaya berbinar seketika.
"Iya, kok kamu seneng sih Ra? Bukannya malah enak gitu ya dikejar-kejar cowok-cowok ganteng dan kaya pasti hehehe..." Shasya malah berbicara yang tidak-tidak, seketika Aisyah langsung menoyor kepalanya.
"Aduhhh sakit tahuu! Apaan sih Ais?" pekik Shasya pura-pura kesakitan.
"Udah dong, astaghfirullah kalian tuh ribut aja. Denger ya Sya, aku sama sekali nggak nyaman kalau mereka berlebihan gitu. Lagian mereka tuh bukan tanpa alasan mengajakku berkenalan." Kanaya selalu pusing jika dihadapkan kedua temannya yang tidak akur.
"Maksudnya bukan tanpa alasan?" tanya Shasya dan Aisyah secara bersamaan.
Kanaya gelagapan sendiri, dia merasa bahwa dirinya hampir keceplosan terlalu jauh pasalnya kedua sahabatnya tidak ada yang tahu bahwa dia pernah mendengar bahwa dirinya dijadikan bahan taruhan.
"Enggak, udah lupain!" untung saja bel masuk kelas menolongnya dengan tepat.
-----
Dihari liburnya, Kanaya bersama kedua sahabatnya pergi ketoko buku yang ada dimall. Sekalian nanti mereka ingin menonton film terbaru dibioskop. Mereka bertiga kurang lebih memiliki hobi yang sama, mereka sama-sama suka menonton film, dan membaca buku namun berbeda jenis.
Kanaya suka buku-buku keagamaan dan novel, Aisyah suka novel, sedangkan Shasya lebih suka komik, yah pantas saja Shasya suka berkhayal karena dia terlalu sering melihat cogan didalam komiknya.
"Kyaaa..... Masyaallah, ganteng banget nih nih cowok ada satu nggak sih yang kayak gini buat aku?" Shasya berteriak seketika dan mulai halu dengan tokoh pangeran yang ada didalam komik yang tengah dibacanya.
Tanpa sadar, banyak orang disekeliling yang melihatnya.
"Sya, pliss deh tahu tempat. Tuh banyak yang ngeliatin kamu! Kalau kamu nggak punya malu, tapi kedua sahabatmu ini masih punya malu loh!" bisik Kanaya pada Shasya, Aisyah sendiri hanya mampu menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya.
"Hehe, iya maaf...." Shasya kemudian melihat sekitar dan benar banyak yang melihat kearahnya, dia sendiripun akhirnya merasa malu.
Kemudian merekapun menuju kasir dan langsung mencari food court untuk membeli minum dan snack sambil mengobrol sambil menunggu jam tayang film. "Nggak lagi-lagi deh Sya ngajak kamu ke toko buku bareng!" dengan ketus Aisyah membuka suaranya.
"Iya Sya, sumpah tadi aku malu tahu nggak!" Kanaya ikut berbicara namun hanya bercanda.
"Ais jangan gitu dong, maaf yaa hehe. Janji deh nggak bikin malu lagi." Shasya memanyunkan bibirnya lalu membuat puppy eyes.
"Dihh, stop sok imut!" bentak Aisyah, Kanaya tertawa sendiri dengan tingkah absurd para sahabatnya.
"Aku ke toilet dulu ya bentar." Kanaya langsung beranjak dari duduknya.
Kanaya berjalan menuju toilet, diperjalanan ada seorang gadis kecil yang usianya sekitar 3 tahun menabraknya. Gadis kecil itu membawa es krim ditangan kanannya sehingga es krim tersebut mengotori rok yang dikenakan Kanaya.
"Maap ya tatak, es klim ku kena baju tatak." (Maaf ya kakak, es krim ku kena baju kakak.) ucap gadis itu dengan logat anak kecilnya.
Bukannya marah Kanaya langsung berjongkok agar menyamai gadis kecil itu, "Nggak papa sayang." ucapnya sambil tersenyum.
"Orang tua kamu mana?Kok sendirian?" tanya Kanaya pada gadis itu. Tidak lama kemudian ada seorang pria yang menghampiri gadis kecil itu.