"Bang Rudolf, jahat banget ya, masa Puah, diguyur, emangnya Puah kucing lagi kawin?!" protes Marpuah.
"Makanya, Puah! Elu mah gak usah aneh-aneh napa?! Ngapain deh, pakek dandan-dandan sok cantik segala! Burik ya burik aja!" ujar Didi.
"Wah, aku gak nyangka ada pria sepolos, Bang Didi," tukas Marpuah dengan ekspresi takjub.
"Aduh, apaan lagi sih ini," Didi semakin merasa tak enak saja, entah tingkah ajaib apa lagi yang akan di lakukan oleh Marpuah terhadapnya.
"Ternyata, Bang Didi, itu lebih suka sama penampilan, Puah, yang sederhana ya?" tanya Marpuah dengan penuh percaya diri.
"Hah?!" Didi membuka mulutnya lebar-lebar karna mendengar ucapan dari Marpuah itu.
"Sst ...." Rudolf menyikut lengan Didi.
"Iyain aja biar cepet," bisiknya.
"Ya tapi—"
"Udah, iyain aja, Di," pinta Rudolf
Akhirnya Didi menuruti ucapan Rudolf, dengan begitu Didi berharap agar Marpuah mau menghapus make-up di wajahnya.
Dan dia bisa santai tanpa harus merasa khilaf.