Namun tidak semudah kelihatannya, karna para pria genit yang menyukainya itu mulai mengepung, dan menghentikan langkah kakinya.
Marpuah mulai gusar, dan bingung harus bagaimana lagi dia akan menghindar.
"Aduh, gimana ini, Pu'ah! Gak bisa pulang, nanti gimana nasib tanaman-tanaman kesayangan, Pu'ah!" ujar Marpuah dengan wajah paniknya.
Marpuah menggigit jari-jarinya sambil terus memutar otak memikirkan jalan keluar.
"Ayo dong, Cantik! Mana nomor ponselnya!?" paksa seorang pria berbadan kekar bertato dan sedikit panuan.
"Ih maaf, Abang! Pu'ah, gak bisa ngasih nomor, Pu'ah, sekarang soalnya Pu'ah, buru-buru!" jawab Marpuah.
"Ya gak bisa gitu dong, Cantik! Ayo buruan kasih nomornya ke Abang, dulu nanti baru, Abang Ganteng, lepasin, si Eneng Cantik!" ujar pria itu lagi.
"Eh, ya gak bisa gitu dong! Gue juga minta!" protes pria yang lainnya.
"Aku dulu!"
"Aku dulu!"
"Aku! Aku! Aku!"
