Jalan panjang di tengah malam, udaranya terasa suram.
Sosok yang kesepian diseret sangat lama oleh lampu jalan, dan wajahnya yang cantik penuh dengan kesuraman.
Api kemarahan ketika dia keluar dari Koran Jakarta berangsur-angsur mendingin Berdiri di samping tembok tinggi yang agak bobrok, mata Gina berkedip dengan penyesalan.
Dia tidak menyesal telah kehilangan pekerjaannya karena mengungkap geng rubah hitam, dia juga tidak menyesal telah menjatuhkan vas antik pemimpin redaksi sebelum pergi. Dia menyesal, mengapa tidak mengambil gaji yang seharusnya menjadi miliknya.
"Bulan ini, seharusnya butuh pakaian lebih untuk saudaraku." Bisik Gina pelan, matanya menembus pagar besi berkarat, di bawah cahaya redup, beberapa tulisan tangan yang tampak redup dan lusuh di Panti Asuhan Bunda
Seperti lampu soliter yang jatuh di kota yang terang benderang, itu biasa-biasa saja.