Butuh waktu lama bagi Aksa untuk kembali ke bangsal, dan Galih masih dihalangi oleh Vano dan Ramon.
Meskipun rumah sakit melarang merokok, Galih bersandar di dinding dengan sebatang rokok di mulutnya, seolah-olah tidak ada yang bisa melakukan apapun padanya.
Galih menyipitkan matanya sedikit, dan puntung rokoknya berkedip terang dan gelap, membuatnya sedikit dekaden dan samar.
Aksa berjalan ke pintu bangsal dan berkata, "Vano, Ramon, kalian harus kembali dulu!"
"Bisakah kamu berada di sini sendirian?" Vano menatap Galih dengan saksama.
"Tidak apa-apa." Aksa menepuk bahu Vano dan berkata, "Oh, ngomong-ngomong, bantu aku."
"Apa?" Vano menjadi serius.
Jakun Aksa terguling, dan butuh waktu lama sebelum dia berkata: "Bantu aku memeriksa urusan anak itu, dan periksa bagaimana anak itu menanganinya." Dia tidak berani memeriksanya sendiri, dan dia tidak akan memaafkan diri.
Vano mengangguk.