Bab 20
"Pelukan Hangat"
Malam harinya, Caca masih bersikap berbeda meskipun Bunda Iren tahu apa yang menyebabkan anaknya itu bersedih namun, wanita itu tidak mau mencampuri urusan sang anak. Biarkan Caca yang mulai bercerita sendiri, dirinya tidak mau memaksakan kehendak, sehingga akhirnya membuat Caca menjadi tidak nyaman.
"Kak Caca, di panggil Bunda," ucap Sekar. Caca yang duduk di dalam kamar sembari menatap ke arah jendela segera menoleh kepada Sekar. Wanita itu tersenyum lalu beranjak dari tempat duduk nya. Berjalan ke arah depan, untuk bertemu dengan sang Bunda.
"Sini nak," ucap Bunda Iren. Caca lalu duduk di samping wanita yang sudah banyak memberikannya kasih sayang, andai saat itu Bunda Iren tidak mau menerimanya Caca tidak tahu akan jari seperti apa dirinya nanti.
"Ada apa Bund, eh ini bukannya album foto kita dulu Bunda," ujar Caca.
Bunda Iren tersenyum, Caca mengambil album foto kenangan yang cukup besar lalu membukanya. Banyak kenangan saat mereka masih kecil, bahkan ada beberapa foto yang masih ada Ayah, suaminya Bunda Iren.
"Ini Ayah, kan Bund?" tanya Sekar.
"Iya itu Ayah kalian."
Satu demi satu Caca buka album tersebut, senyum di bibir wanita itu tercetak sangat jelas. Sesekali tawa dan canda dari Sekar dan Caca terdengar, Bunda Iren menatap ke arah anaknya itu. Tawa tulus yanh diberikan oleh Caca, tawa yang sudah lama tidak dirinya dengar.
Hari semakin larut, hingga detik ini belum ada sedikitpun Caca bercerita, Bunda Iren tidak mau mendesak anaknya. Dirinya akan selalu mendengar kan apa yang di sampaikan oleh sang anak kepada dirinya.
"Bund!!" panggil Caca. Bunda Iren menoleh dan tersenyum ke arah anak gadisnya itu. Memberikan kode kepada Caca untuk duduk mendekatin nya, Caca pun mulai beranjak dari tempatnya lalu duduk di samping sang Bunda.
"Ada apa Nak? Sudah siap kah, kamu mau cerita sama Bunda?" tanya Bunda Iren. Carissa menghela napas berat, wanita itu menatap ke arah sang Bunda. Lalu memeluk erat Bunda Iren, dan mulai bercerita tentang semuanya.
Bunda Iren tidak pernah tahu, tentang alasan Caca menikah dengan Bian. Wanita itu hanya tahu, Bian dan Caca menikah secara mendadak. Awalnya Bunda Iren mengira jika Carissa terjadi sesuatu namun, pikiran itu tidak benar.
"Ceritakan semuanya, Nak. Keluarkan apa yang membuat hati kamu tersiksa," ucap sang Bunda.
Caca menceritakan semuanya, kenapa dan bagaimana dirinya bisa menikah dengan Bian. Bunda Iren terkejut dengan hal tersebut, air mata wanita itu mengalir.
"Kenapa kamu melakukan semuanya Sayang. Kalau Bunda tahu pernikahan kalian hanya demi panti ini, Bunda adalah orang pertama yang melarang hal itu. Bunda tidak mau merusak kebahagian kami Nak," balasnya.
"Tidak Bunda. Itulah tugasnya seorang, membantu orang tuanya ketika dalam masa kesusahan."
"Lalu kenapa kamu bisa datang ke sini. Ada masalah apa lagi yang Bunda tidak tahu," ucapnya.
Carissa menjelaskan kenapa dirinya tiba tiba datang ke sana. Caca juga memberitahukan semua ucapan yang dilontarkan oleh Bian.
"Salahkah aku bersikap seperti itu. Sakit hati ini Bunda, ketika Mas Bian mengucapkan kata itu. Aku tahu, aku hanya istri keduanya, aku hanya wanita yang dinikahi hanya demikian anak. Tapi salahkah aku yang mencintai suami aku sendiri Bunda," ucap Caca.
Bunda Iren terdiam, wanita paruh baya itu mengusap punggung Caca dengan penuh cinta. Memberikan ketenangan kepada anaknya itu, Iren mengerti dengan apa yang saat ini dirasakan oleh Caca.
"Hubungi suamimu. Beritahu dia kamu di mana sekarang," ucap Bunda Iren.
Caca mengangkat kepalanya lalu menatap ke arah, Bunda Iren dan menggelengkan kepalanya, dirinya belum siap bertemu dengan Bian. Mendengar euara Bian, pun Caca tidak sanggup. Kata kata yang diucapkan oleh Bian seolah maish bergema di telinganya.
"Caca masih mau sendiri Bun," ucapnya. Bunda Iren mengerti, wanita itu lalu menyuruh Carissa untuk masuk ke dalam kamar beristirahat. Dirinya tahu, sudah terlalu banyak beban yang harus di pikul oleh Carissa.
"Tidurlah. Tenangkan dirimu, besok kamu haris bicarakan semuanya dengan baik baik sama suami kamu. Bunda yakin, Bian tidak bermaksud berkata seperti itu, dia hanya tidak mau orang orang memandang kamu dengan rendah Sayang," ujarnya. Caca menurut, dirinya segera masuk ke dalam kamar. Sebelum menuju tempat tidur, Caca mengambil handphone nya lalu menghidupkan handphone yang sudah ia matikan cukup lama.
Baru satu menit handphone tersebut, hidup sudah banyak pemberitahuan mengenai panggilan tak terjawab dari Bian.
"Aku butuh waktu sendiri Mas," ucapnya.
***
Di lain tempat, Bian sedang berada di sebuah club' malam. Pria itu sudah mencari keberadaan Caca namun, tidak ada hasilnya. Bian tidak minum hanya berdiam diri di tempat yang sangat berisik itu.
Elang dan Jodi yang melihat hal itu terheran heran, sebesar apapun masalah yang dihadapi oleh Bian. Pria itu tidak akan melampiaskan semuanya ke tempat seperti ini, Bian akan menyelesaikan semuanya.
"Temen loe kenapa mukanya kok kayak kurang pelepasan gitu," ujar Jodi.
"Gak tahu, gue juga bingung. Apa kita pesankan cewek aja?" tawar Elang.
Jodi setuju, baru saja Elang akan menelpon. Bian segera beranjak dari tempat itu, Elang dan Jodi terkejut dengan sikap Bian yang luar biasa aneh.
"Anjir, lari dia," umpat Elang.
"Gila sih. Kesampet apaan itu Bian ...,"
ucapan dari Jodi terpotong ketika tidak sengaja dirinya menatap ke arah depan. Mata Jodi menyipit ketika melihat sosok orang yang dirinya kenal. Matanya semakin melotot tajam ketika melihat siaap orang tersebut.
"Lihat Lang, wanita jalang itu," tunjuk Jodi.
Mata Elang menatap mengikuti tunjukan yang diberikan oleh Jodi. Dirinya juga tidak kalah kaget ketika melihat hal itu, keduanya saling menatap satu dengan lainnya.
"Della," gumamnya.
Wanita di ujung sana adalah Della istri pertama Bian, saat ini Della sedang bersama dengan seorang pria yang tidak terlihat oleh Jodi dan Elang. Pria yang seenag bercumbu mesra dengan Della kedua teman Bian tahu bagaimana sikap Della yang haus akan belaian pria, tapi keduanya tidak bisa memberitahukan hal tersebut kepada Bian.
Bian yang terlalu memuja, Della membuat pria itu buta akan kelakuaan bejat istrinya. Jodi dan Elang tidak habis pikir bagaimana bisa seorang wanita seperti Della berani melakukan hal tersebut di sudut sana.
"Foto lang, foto. Suatu saat Bian harus lihat bagaimana tingkah laku istri yang selalu dipujanya," ucap Jodi. Elang segera mengambil beberapa video bahkan foto ketika Della dan rekan prianya sedang berciuman dengan intim.
***
Udara pagi sangat sejuk, suara burung yang hinggap di dekat pohon pun, membuat mereka yang tertidur menikmati harinya.
Carissa semakin membenamkan dirinya, mencari tempat ternyaman. Wanita itu enggan membuka matanya, karena sangat nyaman dengan apa yang saat ini dilakukan.
Namun, karena panggilan alam membuat Caca harus membuka matanya, hal pertama kali yang dilihat oleh wanita itu membuat dirinya kaget.
"Mas Bian!!" gumamnya.
##
Lagi semangat aku, update he he he. Selamat membaca yaa. Insyah Allah bab ketiga akan meluncur sebentar lagi. Terima kasih buat kalain semuanya, love you guys. Muccchh