Bab 22
Dinas luar
Hubungan yang awalnya sempat renggang kali ini sudah mulai membaik, kedua nya sudah mulai berbaikan. Bahkan Caca sudah tidka memusingkan lagi, jika Bian tidak memberikan kabar dengannya, karena Caca mengerti bukan hanya dirinya yang menjadi istri dari suaminya.
Tapi ada orang lain yang juga ingin bersama Bian, Caca mengerti akan posisinya yang tidak tepat. Posisi di mana dirinya hanya sebatas pengganti untuk kedua pasangan yang tidak bisa memiliki anak.
Meskipun berat namun, Caca harus menerimanya. Wanita itu akan melakukan semuanya seorang diri, apa lagi dengan keadaa ln saat ini di mana rumah yang diri nya tempati sudah ada dua orang asisten rumah tangga.
"Loh ibu sudah bangun, mau dimasakin apa Bu?" tanya Susi salah satu asisten rumah tangga di rumahnya.
"Gak perlu bi, saya sudah menyiapkan semuanya. Nanti bibi, tinggal bagi aja sama Bi Sumi ya, sekalian pak Jajang," ujar Carissa.
Susi sedikit tidak enak, selama mereka bekerja di rumah ini. Kedua orang tersebut hanya beberapa kali memasak dan membereskan rumah, selebihnya Caca melakukan semuanya sendiri.
"Aduh Bu. Masa ibu yang masak buat kami, rasa nya tidak pantas Bu," ujar Bi Sumi yang datang dari arah belakang.
"Tidak apa apa sih Bi, selagi saya masih bisa masak ya saya akan masak."
Caca pun mulai, membawa hasil masakannya ke atas meja, setelah itu dirinya masuk ke dalam kamar untuk bersiap siap pergi ke kantor. Meskipun Caca adalah sekretaris Bian namun, beberapa pekerjaan Caca akan di handel oleh asisten pribadi Bian yang baru beberapa hari di rekrut oleh pria itu.
Bian memberikan alasan supaya Caca tidak terlalu kelelahan jika harus menghandle semua pekerjaan, padahal Caca mengerti kenapa suaminya seperti itu. Bian melakukan semuanya karena jika nanti, Caca hamil anak nya yang ada di dalam kandungannya tidak terjadi apa apa.
Setelah selesai mempersiapkan dirinya, Caca mulai berangkat tak lupa wanita itu membawa kotak bekal untuk dirinya. Untuk sang suami, jangan tanyakan karena hal itu tidak akan mungkin.
Apalagi dengan kesibukan Bian yang luar biasa, mereka pasti akan jarang bertemu. Dengan mengendarai mobil yang sudah dipersiapkan oleh Bian, Caca segera berangkat ke kantor. Jalanan kali ini, tidak terlalu padat Caca datang lebih cepat dari biasanya.
Lima belas menit itulah jarak tempuh yang harus di lalui oleh Carissa, biasanya dirinya harus menghabiskan tiga puluh hingga empat puluh menit di jalan.
"Pagi pak," sapa Carissa. Ketika dirinya tidak sengaja berpapasan dengan Bian dan seorang pria yang tidak di kenal oleh Carissa. Bian hanya membalas dengan anggukan kepalanya.
Ketika Carissa akan masuk ke dalam lift, dirinya melangkah mundur. Karena ternyata di dalam sana sudah ada Bian dan teman prianya serta sang asisten. Melihat Carissa mundur, Bian seketika bersuara.
"Masuk saja. Tujuan kita sama," ucapnya dengan nada dingin. Carissa sedikit ragu ragu namun, akhirnya masih ke dalam lift.
"Jadi gimana bro?" tanya pria itu. Carissa hanya diam seolah tidak mendengarkan percakapan dari mereka.
"Lihat nanti aja. Gue gak bisa bilang sekarang," jawabnya.
"Jangan lihat lihat ntar loe menyesal bro. Di sana itu paling the best tempatnya. Loe bisa ajak Della honeymoon ke sana," ujar orang tersebut lagi.
"Dia sibuk. Nanti kalau udah gak sibuk, gue ajak dia ke sana. Della paling suka tempat seperti itu," balasnya.
Hati Carissa seperti di remas dengan kuat, ketika pintu lift terbuka wanita itu segera berlari ke luar. Seketika Bian terdiam, ia lupa sedang berada di tempat yang sama dengan istrinya yang lain. Namun, Bian seolah tidak peduli akan hal itu, pria itu masuk ke dalam ruangannya dan mulai memberikan beberap berkas kerja sama mereka.
***
Jam sudah menunjukkan waktu istirahat, Carissa menoleh ke arah samping dan benar hari semakin siang. Wajar saja sejak tadi perutnya sudah minta di isi, apalagi tadi ketika berangkat ke kantor Caca belum sarapan.
"Cappucino hangat sepertinya enak," gumamnya. Caca segera mengambil cangkir dan menuju pantri yang ada di lantai yang sama, saat sedang asyik membuat kopi seseorang dari araha belakang memeluk Carissa.
"Biarkan seperti ini," ujarnya. Carissa yang akan berontak diurungkan karena wanita itu tahu siapa pria tersebut.
Hingga akhirnya Bian membalik badan istrinya dan melahap bibir Carissa melumat bibir itu dengan penuh semangat, ciuman yang sudah Carissa rindukan. Bahkan sentuhan yang sering Bian berikan pun Carissa merindukannya. Dirinya sudah menjadi wanita murahan sama seperti apa yang diucapkan oleh Bian beberapa waktu lalu, karena dengan mudahnya dirinya menikmati setiap sentuhan demi sentuhan yang diberikan oleh Bian.
"Aku harus berangkat dinas ke luar kota. Kamu mau ikut?" tawar Bian.
Carissa terdiam, bukannya tidak ada jadwal serius yang harus di urus sang suami, tapi kenapa Bian akan pergi. Sejenak wanita itu memikirkan apa ada hal yang terlewatkan olehnya.
"Ada urusan baru yang harus aku kerjakan itulah kenapa aku harus pergi ke luar kota. Kamu mau sekalian ikut? Kita bisa liburan bersama," ucap Bian kembali.
Baru saja, Carissa akan menjawab handphone Bian berdering. Pria itu mengambil handphone nya dan melihat siapa yang menelpon, Carissa bisa melihat nama yang tertera di sana "Istriku" sudah dapat dipastikan bahwa itu adalah Della.
"Hallo Sayang," ucap Bian lembut.
Carissa kembali menuangkan air hangat untuk cappucino nya, kegiatan tadi membuat hal yang ingin dirinya lakukan jadi terhalang. Samar samar Carissa mendengar ucapan mesra yang mereka berdua lakukan. Mendengar hal itu, membuat Carissa segera menyelesaikan urusannya dan pergi dari tempat tersebut. Namun, baru saja Carissa beberapa langkah Bian menarik lengannya hal itu hampir membuat cangkir yang ada di tangan Caca terlepas.
"Ya sudah nanti aku telpon lagi ya Sayang. Udah dulu ya bye bie," ucap Bian dengan penuh mesra, pria itu seolah lupa bahwa ada istri lainnya yang juga mendengar hal itu.
"Mau ke mana kamu belum menjawab,' ucap Bian sembari mengusap pipi Caca dengan penuh kelembutan.
"Gak deh Mas. Aku di sini aja," jawabnya.
"Oke. Aku pergi dulu," ucap Bian lalu mengecup dahi Caca cukup lama. Setelah itu Bian meninggalkan Caca yang masih berdiam diri di tempatnya.
Carissa mengira jika sang suami akan bersikap lain dari sebelumnya. Namun, hal itu hanya harapan dirinya saja, yang terjadi sebenarnya tidak seperti itu.
"Ingat Ca. Kamu cuma pengganti," ujarnya dalam hati.
***
Carissa sudah menghabiskan bekal yang dia bawa tadi dari rumah, wanita itu hanya berada di dalam ruangannya. Pekerjaan yang memang harus di selesaikan hari ini membuat Carissa tidak bisa tenang. Wanita itu sibuk di depan layar laptop nya, mengecek beberapa dokumen penting yang akan dirinya berikan kepada Bian setelah suaminya itu pulang.
Drt drt drt
Dering ponsel Caca berbunyi di sana ada sebuah nomor yang tak asing menurutnya.
"Nongkrong yuk, pulang ngantor. Gue beliin matcha kesukaan kamu."
Membaca pesan singkat itu membuat Caca tersenyum, segera Caca membalasnya dirinya sudah sangat lama tidak nongkrong apa lagi sejak menikah dan mengurusi semua urusan panti asuhan.
"Siap. Siapa yang mau nolak kalau di beliin sama bos besar."
"Oke jam 16.00 gue jemput."
"Oke. See you Lan."
"See you Ca."
Pesan itu berasal dari Alan, pria yang membuat Bian sempat cemburu.
##
Halo. Selamat membaca ya. Maaf kemari rencana mau update 2 bab tapi hanya satu. Karena ada sesuatu hal, semoga bab ini mengobati kerinduan kalian.
Eleh gue kok mikirnya gitu, ada yang menunggu kisah mereka. Hehe. Love you guys, sehat terus buat kita semuanya.