Tak pernah bosan, tak pernah lelah. Engkau selalu menunjukan aura yang segar wahai gunung seribu wajah.
"Woy put bangun kau kita telat naik kereta !"
"Apaan sih kau Yan kalau telat tinggal beli lagi"
Dengan wajah masam sambil bergumam bak membaca mantra temanku Lian menendang ku lalu pergi. Rasanya sungguh malas bangun mengingat kemarin malam kami habis kerja sampai larut, tapi memang benar kalau memang lebih baik bangun pagi dari pada malas-malasan.
Kuangkat badan ini dan berjalan menuju pintu kamarku yang ku tempeli kalender. "Hwaaah eh bangke." Mataku terbelalak melihat catatan di kalender ku yang menunjukkan tanggal keberangkatan muncak ke gunung yang telah direncanakan. Seketika aku berdiri dan bersiap-siap untuk berangkat.
"Oi Yan kenapa gak kamu ingatkan kalau hari ini kita berangkat muncak." mengeluh pada Lian.
"Haaa sebelum tidur itu kuping di bersihkan biar bisa dengar kalau di bangunin." Aku diam dan tak menjawab karena memang salahku.
"Ayo kita berangkat Yan."
Kami pun bergegas berangkat menuju stasiun dimana teman-teman sudah berkumpul disana. Rencananya kami akan mendaki berliama dimana 3 laki-laki dan 2 perempuan.
"Mas sudah sampai ya makasih mas." Akhirnya sampai di stasiun
"Woy ayo put." Teriaknya sambil berlari.
"DASAR LAKI LAKI LAKNAT!!!!!..."