Setiap ingsan punya hati dan perasaan, sesuatu yang berbeda-beda setiap harinya . Sama seperti cuaca yang tak bisa ditebak, begitu pula perasaan. Sama pula seperti hati tiada yang tau, kecuali Sang pemilik Hidup.
Pemuda itu merasa lelah kemudian dia rebahan, matanya tertuju pada kain tebal berwarna abu-abu.
"Waduoh, kok aku bisa lupa, jaket Neng Yaya masih di sini, kalau dikembalikan rame nih anak-anak santri, pasti digojloki (ledek) biar aja dapet jaket gratis. Lagian cewek jaketnya kedodoran, kebesaran," gumam pemuda itu lalu mengambil satu buku yang bersampul langit biru. Barrak mengambil pulpen.