Memberi penjelasan kepada anak-anak memang tidaklah mudah. Namun setidaknya Barrak sudah berusaha menjadi seorang guru yang berani dengan menegur muridnya ketika melakukan kesalahan.
Barrak terus berusaha agar bisa dekat dengan murid-muridnya. Setelah hafalan surat-surat pendek mereka pun dipulangkan oleh Barrak.
Semburan jingga yang mencorong dilihat oleh pemuda yang sedang berdiri di serambi Masjid. "Kenapa rasanya seperti ditarik, didekap lalu dilepaskan. Hatiku ... huh ... apa ini karena rindu,atau perasaan kosong yang tidak aku mengerti," gumamnya.
"Hekm ... Kang ini beberapa buku dan peralatan tulis," ucap Gus Za lalu duduk, Barrak menoleh lalu ikut duduk.
"Kenapa? Merana? Putus cinta? Atau rindu pacar?" tanya Gus Za, Barrak tertawa dan menurunkan mata.