Malam ini suara takbir masih asma Allah masih ramai disorakkan. Malam semakin dingin, gelora itu menyerang putra Kiai Sofil sudah tidak terkendali lagi. Rasa ingin terus meneguk minuman yang di haramkan di agamanya. Sekuat mungkin pemuda ini bertahan dalam kegelisahan dan rasa depresi, wajah pucat dan mata sangat merah. Alvin bangun dan duduk, tangan kecilnya menyentuh tangan putra Kiai.
"Om pasti sembuh, tapi ada saatnya Om akan mengulangi perbuatan itu. Namun ketika Om sudah berulang Om akan benar-benar taubat, Om juga nanti akan lebih baik, karna saat Om sudah berulang Om tidak akan berulang lagi," ucap Alvin kembali dan terlelap.
"Lo, tadi bicara sekarang sudah tidur lagi," gumam Sofil lalu berdiri, berjalan mengitari tiga bangunan asrama, lalu menceburkan diri ke kolam.
Setelah merasa lebih baik, ganti sarung sarung, lalu kembali ke kamar. melihat ponsel dan dapat balasan dari Nasya.