Chapter 43 - Hutang Budi

"Terserah kamu, aku berhutang budi ini dulu."

"Haruskah kita bersikap sopan di antara kita?"

"Haruskah? Lalu kamu bisa memberikan itu ke Airin."

Karena itu, Samuel menerima begitu saja dan menyerahkan flash drive USB ke Dodik.

"Aku tidak peduli lagi!"

"Hei, Yun."

Samuel memanggil Yuni tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tetapi dengan suara yang sangat lembut ini, Dodik merasa merinding sampai akan jatuh ke lantai.

"Aku akan meneruskan panggilan Airin padamu." Setelah menutup telepon, Samuel terlihat acuh tak acuh lagi.

Dodik mengangkat jari tengahnya ke Samuel dengan jijik.

Airin tidak terkejut ketika dia menerima panggilan Dodik, lagipula Yuni sudah menyapanya sebelumnya. Tanpa diduga, Dodik bisa mendapatkan pemilik mobil yang sangat tidak kooperatif ini dengan begitu cepat.

Yuni berkata bahwa Dodik adalah seorang pelukis, tetapi setelah mencari-cari, dia tidak menemukan pria yang tampak seperti pelukis.

This is the end of Part One, download Chereads app to continue:

DOWNLOAD APP FOR FREEVIEW OTHER BOOKS