Suasana menjadi hening seketika saat aku sudah duduk bersama dengan Nisa dan berhadapan dengan dua orang laki-laki yang masih asing bagiku. Lelaki yang bernama Aman itu selalu saja menatap ke arahku tanpa berkedip, membuatku merasa salah tingkah saja.
Aaakh, dia sungguh tampan. Bagaimana mungkin aku langsung saja menyukai ketampanannya itu? Aku bahkan tidak pedulikan ponselku berada jauh dari tanganku saat ini.
"Kak, lihat! Kak Aman selalu saja menatap mu." Nisa berbisik padaku.
"Ini semua karena mu! Kenapa kau datang begitu saja dengan laki-laki itu?" balasku dengan berbisik pula.
"Ehhem!" Huzin berdeham. "Jadi haus…" lanjutnya seraya menyentuh bagian tengorokannya.
"Ah, ya! aku hampir lupa, tunggu sebentar. Aku akan ke dapur," jawabku menanggapi kekasih Nisa seraya memberikan sebuah isyarat pada Nisa agar mau mengikutiku menuju ruang dapur.