Tiga minggu berlalu hubunganku dengan Yogi berjalan. Dia semakin menunjukkan sikap manis dan kepeduliannya yang dengan sabar serta selalu memahamiku.
Tok tok tok...
Aku mengetuk pelan pintu kaca ruangan Yogi. Dengan sengaja aku menghampirinya di ruangannya setelah jam istirahat akan datang lima menit lagi.
"Hai... Wah, sepertinya mimpiku indah semalam. Kau datang menghampiriku tiba-tiba." Yogi menyambutku dengan raut wajah bahagia.
"Cih, dasar. Apakah aku mengganggu?" aku melangkah masuk dan menghampirinya yang sedang duduk pada sisi meja kerjanya.
"Sedikit!" bisik Yogi sambil mengatupkan jari telunjuk dan jempolnya.
"Cih, kalau begitu aku akan pergi saja."
Yogi segera menarik lengan tanganku hingga lebih dekat dengannya. Padahal aku hanya berniat mengerjainya. Aku tersenyum saat dia menatap wajahku dengan tatapan lugunya.
"Ayo, kita ke kantin bareng." aku segera mengalihkan suasana. Menatap wajahnya lama-lama membuat detak jantungku semakin tak menentu.