Kami berdua berbaring, menatap langit-langit dalam kegelapan. Setelah waktu yang lama seperti itu, Christan berguling sehingga dia menghadapku dan meluncur mendekat dan menyandarkan kepalanya di dadaku. Tanpa berkata-kata, aku melingkarkan lenganku yang bebas di sekelilingnya dan memeluknya sampai dia tertidur.
Jam makan siang di Nicolas rupanya mulai ramai. Keesokan harinya di tempat kerja, aku telah pergi tanpa henti selama beberapa jam dan berada tepat di tengah ruang makan, menyulap setumpuk piring kotor, ketika ponselku berdering. "Mau aku ambilkan untukmu?" Christan bertanya.
"Ya, mungkin penting. Nyonya Dombruso mungkin membutuhkan sesuatu."
Christan mengeluarkan ponsel dari sakuku dan menunjukkan nama Doni di layar sebelum menekan ikon ponsel speaker dan mengangkatnya padaku. "Hai, Doni!" kataku dengan riang.
Suara Doni yang lemah dan gemetar mengirimkan sentakan kepanikan dalam diriku. "Chandra," bisiknya. "Malaikat ku. Aku minta maaf."
