Pengacara Hana sedang menyiapkan surat warisan yang akan ia bacakan ketika terdengar ada suara langkah kaki mendekat.
Renata dan Daniel langsung berbinar menatap apa yang pengacara Hana lakukan. Mereka sudah tidak sabar lagi menunggu detik-detik dimana harta itu akan jatuh ke tangan suaminya yang berarti akan jatuh ke tangannya juga.
"Apa kami terlambat?" Sebuah suara berbentuk pertanyaan itu membuat seluruh yang ada di ruangan itu menatap ke asal suara.
"Ka—kamu?" Daniel lah yang bertanya karena kaget. Jika hanya Abian yang datang ia bisa diam saja, tapi kenapa saudara tirinya itu datang bersama Angga?
"Sial! Kenapa si pembawa sial itu bisa ada disini?" geram Renata berbisik pelan pada Daniel.
"Bukannya Ibu udah suruh orang buat nyekap dia? Kenapa dia masih bisa datang, Bu?" balas Daniel bertanya dengan suara pelan juga karena ia berpikir orang-orang yang tadi pagi ia lihat adalah orang suruhan Renata.
