Abian duduk di sebuah gubuk yang terdapat di kebun teh milik ayahnya. Siang ini ia memutuskan untuk menyegarkan otaknya dengan menikmati suasana di kebun teh. Melihat hamparan kebun teh seluas 2 hektar ini membuat Abian senang, meski tak bisa mengurangi beban pikirannya sama sekali, tapi setidaknya bisa membuat Abian merasa bersyukur atas apa yang ia miliki sekarang.
Kembali ia teringat akan permintaan Renata. Ah, bingung. Ia benar-benar bingung. Sudah tentu bingung dengan cara mengakhiri pernikahannya dengan Ayla. Tapi, sudahlah. Jangan pikirkan itu, yang terpenting sekarang ia harus membuat Ayla bahagia agar mereka bisa menikmati sisa waktu bersama yang mereka punya.
"Abian, ngelamun wae maneh! Ku naon?" tanya Asep yang tiba-tiba datang sambil menepuk pundak Abian.
"Eh, kamu, Sep. Dari mana?" timpal Abian.
"Biasa, dari sawah habis ngangon bebek," jawab Asep lalu meraih seruling di pinggangnya.