Pagi ini aku menyiapkan sarapan untuk Habib dan Azka. Semalaman mereka bermain playstation bersama di ruang keluarga sampai Azka pun tertidur di pangkuan suamiku. Habib memang ingin membuat Azka senyaman mungkin di rumah ini, dia tidak ingin anak itu terlalu merindukan kedua orang tuanya, apa lagi sampai bosan.
Mereka menghabiskan banyak waktu bersama seharian kemarin sampai malam, dan itu jelas membuat Habib sangat bahagia. Jiwa kebapakannya tumbuh begitu saja, secara naluriah dia bisa membuat Azka melupakan kesedihannya setelah di tinggal oleh bang Fahri dan mbak Anisa.
"Ammah!" teriak Azka berlari dari arah tangga menuju dapur.
"Hai, Azka! Selamat pagi!" Aku menyapanya.
Azka hanya nyengir kuda sambil mendudukkan diri di salah satu kursi yang mengelilingi meja makan. Dia belakangnya ada Habib yang sudah mengekori sambil membawa tas merah Azka yang biasa dia pakai ke sekolah.