Umi dan abi pulang sekitar satu jam sebelum makan siang. Tepat sebelum aku dan Habib turun ke bawah dan bersiap menuju rumah sakit. Kami juga sempat bertanya pada mereka tentang jawaban mbak Anisa mengenai rencana mereka yang ingin membawa bang Fahri berobat ke Singapura.
"Ya ... begitulah," jawab abi dengan jawaban yang tidak memuaskan.
"Begitu bagaimana, Bi? Apa mbak Anisa tidak setuju?" tanyaku meminta jawaban yang lebih jelas.
"Alhamdulillah dia setuju, El. Meski awalnya sempat menolak, tapi setelah di bujuk oleh Abi, akhirnya dia setuju, kok!" sahut umi pula memberi jawaban yang cukup membuatku senang.
Menurut penjelasan dari umi, mbak Anisa memang awalnya tidak setuju, karena dia berpikir hal itu akan memberatkan abi dan umi. Biar bagaimanapun juga, mbak Anisa masih punya rasa malu dan tidak enak hati kalau dia sampai merepotkan orang lain.