"El?! El!" Terdengar suara Habib menyerukan namaku ketika dia baru saja memarkir mobilnya di halaman rumah.
Aku yang saat itu sedang duduk di ruang tamu buru-buru berdiri dan menghampiri Habib yang berjalan menuju pintu utama. Setelah kejadian tadi pagi, aku langsung menelepon Habib dan memberitahu kalau Aisyah di bawa paksa oleh pak Yanto.
Sebenarnya aku ragu dan masih bingung antara lapor atau tidak, tapi aku takut jika tidak memberitahu Habib maka sesuatu yang buruk atau bahkan jauh lebih buruk dari bayanganku akan menimpa Aisyah.
Demi apapun, aku siap menerima omelan Habib dari pada harus menerima kabar buruk jika aku terlambat memberitahunya. Meski di telepon kedengarannya Habib marah-marah dan seperti ingin mengamuk, tapi kenyataannya dia tidak seperti itu.
"El? Kamu tidak apa-apa, 'kan? Tanganmu baik-baik saja? Apa ada yang luka?" tanya Habib memperhatikan tangan kiri yang tadi sempat membentur pintu kayu.