"Mas! Mas Habib, tunggu!" Aku berusaha mengejar Habib yang berjalan dengan langkah cukup besar melewati ruang tamu dan juga ruang tengah menuju tangga yang mengarah ke kamar kami.
Argh, pasti dia marah karena aku sudah memberitahu Farida tentang pernikahan palsunya itu. Setelah kupikir-pikir, ternyata memang apa yang kulakukan itu salah. Jika Farida memberitahu Bara jika Habib dan Aisyah tidak pernah menikah, maka dia juga bisa memberitahu pak Yanto.
Kenyataan itu sudah pasti menguntungkan baginya, karena dengan begitu Habib tidak punya lagi alasan untuk memepertahankan Aisyah di rumah ini dan pak Yanto bisa dengan bebas membawa Aisyah pergi untuk kembali menjadi budaknya di rumah neraka itu.
Habib juga tidak mau mendengarkanku, dia bergegas menaiki tangga menuju kamar tanpa peduli seberapa keras aku berteriak memanggil namanya. Hal itu jelas membuatku kalang kabut, apa lagi saat Habib menutup pintu kamar sebelum aku ikut masuk bersamanya.
