Habib adalah lelaki dengan segudang rasa cintanya yang selalu di simpan untukku. Dia terlalu serius untuk mempermainkan sebuah pernikahan, terbukti dengan adanya fakta bahwa buku nikah dan semua skenario dalam ijab qabul di pernikahan Aisyah hanyalah sebuah karangan.
Saksinya palsu, penghulu palsu, mahar palsu, bahkan semua surat-surat juga palsu. Dia benar-benar pandai memanipulasi mata, hingga kami pun tak tahu bahwa itu semua palsu. Tapi kalau boleh jujur, sakit hatiku saat itu sama sekali tidak palsu.
Terlepas dari semua itu, sekarang aku sudah merasa sangat lega. Seolah melepas beban yang selama ini kupikul di atas punggung sendirian, sekarang aku sudah bisa berjalan tegak selayaknya orang jalan, tanpa beban, tanpa pikiran, dan tanpa rasa resah.
Bahkan untuk menghilangkan semua perasaan khawatir itu, Aisyah bilang dia akan tinggal di rumah lamanya saja. Akan tetapi, tentu saja aku tidak mengijinkannya. Lagi pula, siapa juga yang membolehkan dia tinggal di neraka itu?