Aku terus mondar-mondir di kamar sambil berpikir. Dengan tangan kiri yang masih di pangku dengan arm sling, aku tetap mondar-mandir di depan cermin. Berhenti sejenak, lalu menatap diriku sendiri di pantulan cermin tersebut.
Apa yang sebenarnya kupikirkan? Tentu saja Habib, sejak tadi pagi aku masih terus menebak-nebak tentang langkah apa yang akan dia ambil untuk menyelesaikan masalah teror ini. Pasalnya ini bukan sembarang teror, dan ini pasti ada kaitannya dengan perbincangan Hbaib dan Aisyah jam empat pagi tadi.
Tidak, aku tidak bisa tinggal diam. Aku tidak mau lagi kalau Habib menyelidiki kasus semacam ini sendirian, aku juga harus tahu karena aku istrinya. Kuraih tas gucci yang Habib belikan padaku dan segera pergi.