Habib dan mbak Anisa sampai di rumah kediaman atas desain seorang arsitek muda bernama Fahri. Yap, itu memang rumah hasil desain bang Fahri sendiri, sebuah rumah impian yang sudah sejak lama dia idam-idamkan.
Mereka masuk ke halaman, dan tanpa mengetuk pintu lagi langsung masuk ke rumah begitu saja. Sebagai tuan rumah, tentunya mbak Anisa memegang kunci serep hingga dia tidak perlu menunggu orang lagi untuk membukakan pintu.
Ruang tamu kosong, ruang tengah juga. Dan satu-satunya tempat yang menjadi kemungkinan dimana bunda serta anak kesayangannya itu berada adalah di kolam renang. Bukan di kolamnya, tapi lebih tepatnya di taman mini sekitaran kolam renang di samping ruang keluarga.
"Mbak, ingat. Jangan emosi," kata Habib memperingatkan kakak iparnya sebelum mbak Anisa mengambil langkah besar menuju kolam renang.