Dalam keadaan dada bergemuruh hebat, napas yang terlus berlomba serta ketakutan amat sangat dahsyat, aku terdiam menunduk sambil membaca istighfar. Habib memeluk tubuhku sambil bernapas di dekat telinga, kalian tahu apa yang kurasakan saat itu? Yap, trauma akibat kecelakaan itu kembali terasa.
Kecepatan laju mobil dengan kondisi jalanan yang menurutnya aman, ternyata tak seaman yang di duga. Sama seperti saat aku, Farida dan bang Fahri saat itu. Hal ini benar-benar membuatku ketakutan, hingga tangis tak bisa lagi kutahan.
"Aku takut, Mas. Kecelakaan itu ..." Ah, bahkan aku sampai tak bisa melanjutkan ucapanku karena sudah keburu sesenggukan dengan bibir yang bergetar hebat.
Habib menangkup pipiku untuk membuat kami saling bertatapan. "Maaf, ya. Mas sudah membuatmu ketakutan," katanya dengan desah napas dari mulut yang bisa kurasakan. Rasanya hangat, juga ada sedikit bau mint yang biasa dia keluarkan dari pasta gigi yang biasa dia pakai.