Kami sampai di rumah Bunda setelah jam makan siang. Seperti biasa rumah Bunda selalu terlihat sepi, kecuali suara kicauan burung yang selalu bertengger di atas pohon mangga.
Aku heran sejak kemarin mbak Anisa tidak terlihat Apa mungkin dia sudah pulang ke Jakarta Katanya tapi aku belum sempat bertanya pada Bang Fahri Apakah anda Anisa sudah pulang atau belum.
Aku membuka pintu mobil perlahan, melangkahkan kaki keluar dan membawa Farida menuju pintu utama. Farida sempat menolak, katanya dia malu kalau harus bertemu Bunda sekarang.
"Kenapa harus malu? Bukankah seharusnya kamu senang? Bunda sudah merindukanmu sejak lama," kataku pada Farida.
Farida tidak menjawab kecuali dengan wajah yang ditekuk sambil mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Jangan banyak tingkah, Farida. kamu tahu sejak tadi Mas menahan rasa kesal padamu?" ujar Habib sedikit meninggikan nada bicaranya