"Mungkin aku bisa memaafkan kesalahanmu yang lalu, tapi tidak untuk kali ini. Karena kamu ... sudah melukai wanita yang sangat kucintai," tutur Umar dengan mendekatkan wajahnya pada Farida.
"Mas ... jangan lakukan ini." Farida mulai terisak.
"Maaf, Farida. Aku sudah tidak tahan lagi, aku menyerah."
Tangis Farida pecah saat itu juga. Dia tidak lagi menutupi kesedihannya di balik jilbab atau tangan lagi. Dia memang menangis tanpa suara, tapi aku masih bisa mendengar sedikit suara isakan yang bersaha dia tahan.
Apa yang harus kulakukan sekarang? Tak sampai hati rasanya jika harus melihat Farida hancur seperti ini. Dia pasti merasa benar-benar rapuh sekarang. Dari tangisnya saja aku sudah bisa merasakan kalau dia memang tidak mau kehilangan Umar sebagai suaminya.
Farida menggeleng. "Tidak, Mas. Kita tidak bisa bercerai, aku tidak akan menandatangani surat cerai itu!" tolak Farida optimis sambil menyeka air mata.
