"Sebaiknya kamu pakai khimar-mu dulu. Mas akan telepon orang suruhan Mas untuk membawa Ali ke sini," titah Habib lagi.
Tapi aku sama sekali tidak menuruti perintah Habib dan mengikutinya ke teras depan. Sepertinya Habib memang ingin menelepon kedua orang suruhannya untuk membawa Ali ke rumah ini. Aku yang tidak ingin Habib melakukan itu, terus saja menggelendot di bahunya.
"Mas, kumohon jangan lakukan itu," pintaku memelas.
"Apa yang kamu lakukan, El?! Masuk ke dalam dan pakai khimar-mu!"
"Tidak, aku tidak akan masuk sebelum Mas menuruti kemauanku," tegasku berdiri di belakangnya.
Kutarik ponsel Habib yang baru saja hendak ia dekatkan ke telinga. Sebuah nomor sudah tertera dilayar ponsel, ini pasti nomor orang suruhan Habib.
"El, tolong ganggu Mas. Kembalikan ponselnya!" pinta Habib berusaha mengambil ponsel itu dari tanganku.
"Tidak akan! Mas pasti mau menelepon orang intelejen itu 'kan?" kataku sambil menjauhkan ponsel dari tangan Habib.