Acara syukuran telah selesai. Diisi dengan sholawatan, yasinan dan do'a-do'a yang dipimpin langsung oleh abi, alias ayah mertuaku. Selesainya acara sekitar jam empat sore, dan sekarang sudah waktunya bagiku untuk membereskan sampah makanan dan juga peralatan makan bekas pakai tadi.
Farida dan umi juga membantu, kecuali bunda yang sedang kegirangan karena kabar kehamilan mbak Anisa. Dia tidak mau jauh-jauh dari menantunya, dan sekarang sedang sibuk mengobrol di ruang tengah.
"Mau Mas bantu?" kata Habib menawarkan bantuan.
"Tidak perlu, biar aku dan Farida saja," tolakku sedikit cuek padanya.
Entahlah, aku merasa sepertinya moodku menurun setelah memandang wajah Farida. Aku tidak bilang kalau dia penyebab menurunnya moodku, tapi aku hanya jadi semakin kepikiran dengan dugaan Habib akan kasus penembakan itu.